Perbandingan Penampilan Reproduksi Kambing Saanen Dengan Peranakan Etawa dan Produktivitasnya
Oleh Dr. Drh Euis Nia Setiawati, MP
Kambing perah merupakan ternak ruminansia yang memiliki potensi untuk menjadi penghasil susu segar untuk memenuhi kebutuhan susu di Indonesia. Potensi tersebut salah satunya disebabkan karena nilai gizi dan daya serap susu kambing dapat bersaing dengan sus u sapi. Ditambah lagi dengan potensi susu kambing yang dapat menjadi pengganti susu sapi bagi orang yang alergi. Fenomena ini membuat pemeliharaan kambing perah menjadi banyak diminati. Susu dari kambing PE mempunyai potensi sebagai obat dari beberapa penyakit seperti asma, TBC, obat kuat dan pemulihan kesehatan. Jenis kambing yang sudah tersebar luas di Indonesia diantaranya adalah kambing Saanen dan kambing PE.
Kambing Saanen merupakan kambing perah yang berasal dari lembah Saanen di Swiss (Eropa) dan saat ini sudah menyebar di berbagai negara termasuk Indonesia. kambing Peranakan Etawa atau sering kita sebut kambing PE, adalah kambing hasil silang antara kambing lokal Indonesia dengan kambing Etawah. Kambing Saanen dan PE, secara genetik mempunyai potensi sebagai penghasil susu.
Pemeliharaan kambing perah untuk dijadikan sebuah usaha membutuhkan jenis kambing perah yang memiliki performa yang dapat dioptimalkan dengan baik. Kambing Saanen dan kambing PE merupakan dua jenis kambing perah yang telah tersebar di Indonesia. Perbandingan antara kambing Saanen dan kambing PE perlu dilakukan untuk mengetahui sejauh mana performa diantara kedua kambing tersebut.
Penampilan ternak kambing perah salah satunya adalah tampilan reproduksi , merupakan bagian penting dari produktivitas ternak kambing perah. Penampilan reproduksi atau sifat reproduksi adalah semua aspek yang menyangkut reproduksi ternak. Pengetahuan tentang penampilan reproduksi ternak sangat penting untuk merencanakan proses perbaikan suatu peternakan yang meliputi perkawinan atau perbaikan manajemen. Salah satu penampilan kambing perah yang perlu diamati adalah tampilan reproduksi atau sifat reproduksi meliputi semua aspek yang menyangkut reproduksi ternak. Pengetahuan tentang penampilan
reproduksi ternak sangat penting untuk merencanakan proses perbaikan suatu peternakan yang meliputi perkawinan atau perbaikan manajemen. Performa reproduksi dapat tercermin dari service per conception (S/C), days open (masa kosong) , kidding interval ( Jarak kelahairan),dan umur kawin pertama.
Rataan Penampilan Reproduksi (S/C, Days open, Kidding interval dan UKP) Kambing Saanen dan PE
Service per conception (S/C)
Rataan service per conception kambing Saanen lebih pendek dari kambing PE. Rataan service per conception kambing Saanen lebih pendek dikarenakan pejantan dan induk pada kambing Saanen mempunyai tingkat kesuburan lebih baik daripada kambing PE, dimana salah satu faktor yang memengaruhi tinggi rendahnya service per conception adalah faktor kesuburan pejantan dan induk.
Days open (masa kosong)
Rataan days open kambing Saanen lebih cepat daripada kambing PE yang diperkirakan
karena service per conception kambing Saanen yang lebih rendah dari kambing PE.. Semakin lama days open pada kambing maka akan berpengaruh terhadap masa laktasi dan produksi susunya. days open (masa kosong) secara langsung memengaruhi selang beranak pada masa laktasi yang sedang berjalan dan pada akhirnya akan berpengaruh pula terhadap produksi susu selama hidupnya. days open dipengaruhi oleh service per conception. Hal ini terlihat dari serviceper conception dari kambing Saanen lebih kecil dari kambing PE.
Kidding interval (selang beranak)
Rataan Kidding interval kambing Saanen lebih cepat daripada kambing PE. Semakin lama jumlah hari selang beranak akan menurunkan rata-rata produksi cempe yang dihasilkan per tahun. Semakin lama selang beranak juga akan menurunkan masa produktif kambing tersebut. Rataan kidding interval kambing Saanen lebih cepat daripada kambing PE, disebabkan karena days open dan service per conception pada kambing Saanen nilainya lebih rendah dari kambing PE . Panjang pendek selang beranak tergantung keberhasilan setelah partus, artinya berhubungan dengan masa kosong dan angka kawin per kebuntingan. Semakin singkat masa kosong atau semakin cepat ternak bunting kembali setelah beranak maka akan semakin pendek sela ng beranak.
Umur kawin pertama
Rataan umur kawin pertama kambing Saanen lebih cepat daripada kambing PE, karena pencapaian dewasa kelamin dan dewasa tubuh pada kambing Saanen lebih cepat daripada kambing PE. Umur kawin pertama dipengaruhi oleh pencapaian dewasa kelamin, juga dipengaruhi oleh pencapaian dewasa tubuh. Pertambahan bobot badan kambing Saanen umumnya lebih cepat dalam mencapai kriteria bobot badan yang ideal untuk dikawinkan daripada kambing PE. Kambing idealnya dikawinkan saat tercapai dewasa tubuh yakni pada umur 10-12 bulan dengan rataan bobot 30-40 kg.
Demikian tulisan ini disampaikan, semoga dat memperkaya hasanah perbendaharaan pengetahuan para pembaca dalam menetukan pilihan ter abik dalam beragribisnis kambing. Dalam hal ini Penampilan reproduksi kambing Saanen lebih baik dari kambing PE dilihat dari Service per Conception, Days Open, kidding interval dan umur kawin pertama, yang tentunya berdampak terhadap produktivitas kambing tersebut.