Please ensure Javascript is enabled for purposes of Kementerian Pertanian RI
1
Chatbot
Selamat datang, silahkan tanyakan sesuatu
Logo

Mewaspadai Penyakit Virus Nipah/Porcine Respiratory and Encephalitis Syndrome PRES

19/08/2025 11:01:09 Admin Satker 24

Oleh Dr. drh Euis NiaSetiawati, MP

Penyakit  Nipah  sering  disebut  sebagai  Porcine  Respiratory  and  Neurological  Syndrome,  Porcine Respiratory and Encephalitis Syndrome (PRES) atau Barking Pig Syndrome (BPS) (NORDIN dan ONG, 1999). Sebutan lain adalah one mile cough (karena suara batuk hewan penderita yang sangat keras).

Virus Nipah diketahui dapat menginfeksi ternak babi, kuda, kucing, anjing, kelelawar (fruit bat; genus Pteropus), kambing, burung dan tikus . Gejala klinis penyakit hanya akan terlihat dengan jelas pada hewan babi.Virus Nipah (NiV) adalah jenis virus zoonosis yang dapat menyebar dari hewan ke manusia, melalui makanan yang terkontaminasi, atau melalui kontak langsung dengan orang lain. Kelelawar buah dari keluarga Pteropodidae adalah penyebab utama virus Nipah. Meskipun mekanisme  penularan  penyakit  ini belum banyak diungkap,  tetapi  kelelawar  diduga  merupakan reservoir yang baik bagi penularan virus Nipah.Namun demikian kelelawar tidak dapat menularkan penyakit ini langsung ke hewan lainnya, melainkan melalui hewan babi.

Virus Nipah terdeteksi pada periode 1998- 1999 saat menyebar di antara peternak babi di suatu desa di Sungai Nipah. Virus ini berpotensi besar dapat menyebabkan penyakit yang cukup parah pada hewan terutama babi. Jika babi terinfeksi Cara penularan utama bervariasi antar negara yang terkena dampak. Mewabahnya penyakit NIPAH   di Malaysia, dimulai dari kalong kemudian babi dan selanjutnya ke manusia, yang menyebabkan kematianpada manusia dan babi. Dengan demikian maka penyakit ini dapat menjadi ancaman bagi peternakan babi dan masyarakat di Indonesia. Namun hingga saat ini belum ada laporan yang menyatakan bahwa virus Nipah menyebabkan kematian atau kesakitan pada kelelawar. Kelelawar yang terinfeksi tampak sehat meskipun antibodi dapat terdeteksi. infeksi Nipah pada kalong bersifat subklinis, walaupun infeksi buatan pada marmot dengan inokulum 

yang sama menimbulkan gejala klinis. Gejala penyakit secara klinis terbagi dalam dua bentuk, yaitu bentuk ensefalitis dan bentuk pernafasan . Pada hewan umumnya lebih banyak menyebabkan gangguan pernafasan, sedangkan pada manusia gangguan susunan syaraf pusat lebih menonjol. Tidak semua babi yang terinfeksi virus Nipah menunjukkan gejala klinis . Ternak tersebut dapat bertindak sebagai penyebar infeksi Nipah melalui pergerakan babi dalam suatu populasi atau ke populasi lainnya tanpa disadari oleh para peternak karena babi tadi tampaknya sehat . Pada babi, gejala klinis yang paling sering tampak antara lain demam tinggi mencapai 40°C yang disertai dengan ganguan pernafasan seperti batuk yang sangat keras, sesak nafas sehingga babi selalu membuka mulutnya, dan ingusan yang dapat disertai dengan darah . Selain gangguan pernafasan, gangguan syaraf seperti tremor, inkoordinasi, menggigit besi pembatas kandang dan kejang-kejang . Pada babi dengan gejala seperti ini sering diakhiri dengan kematian pada babi dewasa . Pada babi induk dan pejantan, gejala klinis sering tidak tampak, bahkan langsung menimbulkan kematian . Infeksi Nipah secara buatan melalui mulut (oral) umumnya tidak menimbulkan gejala klinis, meskipun virus Nipah berhasil diisolasi dari urin. Penyebaran infeksi Nipah dapat terjadi sangat cepat di antara babi-babi pada suatu peternakan yang terinfeksi, sehingga penyakit ini dapat dikategorikan sebagai penyakit yang sangat menular . Sedangkan pada babi bunting dapat menimbulkan keguguran. Masa inkubasi infeksi Nipah pada manusia berkisar antara 4- 18 hari.

Di Malaysia dan Singapura, wabah ini disebabkan oleh babi sebagai inang perantara, sedangkan di Filipina, kuda sebagai inang perantara. Konsumsi buah-buahan yang terkontaminasi kotoran kelelawar diyakini telah menyebabkan infeksi awal pada hewan peliharaan. Di India dan Bangladesh, wabah ini dikaitkan dengan konsumsi getah kurma. Penularan dari manusia ke manusia di komunitas dan/atau rumah sakit dilaporkan di beberapa negara termasuk Bangladesh, India dan Filipina. virus Nipah dapat menyebabkan kerugian yang cukup besar pada Masyarakat terutama para peternak.

Orang yang terinfeksi oleh Virus Nipah dapat mengalami beragam penyakit, mulai dari infeksi tanpa gejala sampai dengan gejala berat yang berakibat fatal. Pada manusia, infeksi Nipah menyebabkan demam yang tinggi selama 3-14 hari, disertai diare, gangguan pernafasan, batuk, ingusan . Namun disamping itu, yang paling sering ditemukan adalah gejala ensefalitis seperti depresi, sakit kepala yang sangat hebat, inkoordinasi, konvulsi, epilepsi dan pada stadium lanjut dapat menyebabkan koma dan akhirnya meninggal dunia. Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, pada bulan Januari- Februari 2023, tercatat 11 kasus wabah Virus Nipah (NiV) di Bangladesh. Pada pertengahan tahun

2021, India melaporkan sebuah Kejadian Luar Biasa (KLB) NiV yang terjadi pada seorang anak berusia12 tahun dan mengakibatkan kematian. Kemudian pada bulan Agustus s.d. September 2023, terjadi kembali KLB di Karela, India, dengan total 4 kasus dan 2 kasus diantaranya berakhir dengan kematian. Di Indonesia, kasus Nipah pada kelelawar dan babi belum pernah dilaporkan secara klinis, namun beberapa penelitian atau publikasi menemukan keberadaan NiV pada kelelawar buah (genus Pteropus) di Indonesia. Mengingat lokasi geografis Indonesia sangat berdekatan dengan Malaysia, maka perlu waspada   terjadi kemungkinan berpindahnya penyakit tersebut ke Indonesia melalui berbagai cara ara seperti importasi ternak babi dan produknya, serta melalui perpindahan satwa liar, dalam hal ini kelelawar. Kasus ensefalitis banyak terdapat di Indonesia, namun dari kasus tersebut yang terinfeksi penyakit Nipah belum pernah dilaporkan . Akan tetapi pada tahun 2000, kasus Nipah pada orang Indonesia yang pernah bekerja di peternakan babi di Malaysia dan kembali ke Indonesia telah dilaporkan (WIDARSO et al., 2000) . Hal ini terbukti secara serologis bahwa orang tersebut positif mengandung antibodi terhadap virus Nipah.

Dengan tulisan ini disampaikan dalam upaya   mencegah munculnya penyakit zoonosis bersumber kelelawar seperti Nipah, maka surveilens terhadap kelelawar di Indonesia perlu dilakukan untuk mengidentifikasi penyakit-penyakit zoonosis pada kelelawar. Apabila ditemukan kasus yang diduga penyakit Nipah, maka perlu dilaporkan ke Dinas Peternakan setempat. Apabila kasus tersebut terjadi pada manusia, maka laporan ditujukan ke Dinas Kesehatan setempat, atau PUSKESMAS.