Penanggulangan Kasus Kemajiran Pada Ternak Sebagai Upaya Optimalisasi Kesehatan Reproduksi
Oleh Dr.drh Euis Nia Setiawati, MP
Sapi merupakan salah satu jenis ternak yang cukup digemari dan telah lama diusahakan petani di Indonesia, khususnya ternak sapi potong merupakan ternak penghasil bahan makanan berupa daging yang memiliki kandungan protein tinggi serta mempunyai arti cukup penting bagi kehidupan Masyarakat. Tujuan utama beternak adalah untuk menghasilkan ternak yang dapat tumbuh dan berproduksi cepat secara ekonomi. Pertumbuhan dan reproduksi, keduanya dikendalikan oleh kerja hormon. Supaya reproduksi tersebut efisien, semua hormon harus berfungsi secara baik . Salah satu faktor yang dapat menyebabkan terjadinya penurunan kesuburan atau kemajiran pada ternak adalah ketidakseimbangan hormon reproduksi.
Kondisi nyata di lapangan / di tingkat peternak masih sering terjadi adanya gangguan reproduksi atau gangguan kesehatan sapi betina, tentunya kondisi tersebut akan menurunkan tingkat kesuburan dan bahkan dapat menyebabkan kemajiran. Kesuburan (fertilitas} adalah kemampuan sapi betina untuk bunting, melahirkan anak hidup setiap 12 bulan. Sedangkan kemajiran (ketidaksuburan) adalah keadaan dimana seekor sapi betina hanya mampu melahirkan dengan jarak kelahiran lebih panjang dari 12 bulan. Istilah ini juga dipakai bagi sapi betina yang sulit menjadi bunting. Keadaan ekstrim dari kemajiran adalah sterilitas, dimana sapi tidak mampu untuk bunting sama sekali. Sapi yang steril biasanya dipotong karena merugikan untuk dipelihara, kecuali dimamfaatkan untuk tenaga Tarik gerobak. Gangguan reproduksi adalah berkurangnya kemampuan individu untuk menghasilkan anak secara normal.
Kesalahan pengelolaan reproduksi dapat mendorong terjadinya penurunan kesuburan pada ternak , dan mengakibatkan kerugian. Dalam pengelolaan reproduksi ternak yang baik , dapat menghasilkan keuntungan yang besar, faktor produksi yang harus mendapat perhatian adalah pemberian pakan yang berkualitas baik dan cukup. Lingkungan serasi yang mendukung perkembangan ternak . Tidak menderita penyakit khususnya penyakit menular kelamin. Tidak menderita kelainan anatomi alat kelamin yang bersifat menurun, baik sifat yang berasal dari induknya maupun berasal dari pejantannya. Tidak menderita gangguan keseimbangan hormon khususnya hormon reproduksi konsentrasinya cukup di dalam darah dan sanitsi yang memadai
Daya reproduksi yang baik tanpa ada kasus kemajiran dapat meningkatkan efisiensi reproduksi. Tinggi rendahnya efisiensi reproduksi ditentukan oleh indeks fertilitas yaitu angka kebuntingan (conception rate), jarak antar melahirkan (calving interval), jarak waktu antara saat melahirkan sampai bunting kembali (service period), jarak waktu antara saat melahirkan dengan munculnya birahi yang pertama (day open), angka perkawinan per kebuntingan (service per Conception), angka kelahiran (calving rate). Efisiensi reproduksi akan meningkatkan produktivitas ternak mereka, berarti memberi keuntungan dan pendapatan yang lebih tinggi. Sem ua ini tergantung pada k em am puan peternak dalam memahami siklus birahi, gejala birahi, detek si birahi, ransum pakan, cara pertolongan kelahiran, praktek beternak yang baik , program vaksinasi, penanganan pedet, pengelolaan sapi dara, dan lain – lain.
Upaya untuk pencegahan terhadap kasus gangguan reproduksi, perlu adanya pemeriksaan secara rutin setiap bulan pada ternak betina oleh petugas kesehatan reproduksi meliputi pemeriksaan melalui eksplorasi rektal, pengobatan pada tiap induk yang menderita gangguan reproduksi, dan lain – lain . Pertumbuhan dan reproduksi, keduanya dikendalikan oleh kerja hormon. Supaya reproduksi tersebut efisien, semua hormon harus berfungsi secara baik . Salah satu faktor yang dapat menyebabkan terjadinya penurunan kesuburan atau kemajiran pada ternak adalah ketidakseimbangan hormon reproduksi. Hormon reproduksi adalah hormon yang mempunyai sasaran akhir pada alat reproduk si pada alat reproduksi . Beberapa teknologi mutakhir yang telah diciptakan meliputi induk si birahi, penanganan kasus infertilitas, inseminasi buatan, super ovulasi dan embrio transfer ,digunakan untuk meningkatkan efisiensi reproduk si ternak dan mengatasi gangguan reproduk i.
Demik ian tulisan ini disampaikan, semoga ada manfaatnya bagi praktisi peternakan dan para peternak dan dapat menambah perbendaharaan keilmuan, sehingga optimalisasi efesiensi reproduk si ternak dapat meningkatkan populasi dan pada ahirnya pendapatan peternak meningkat.