Urgensi Koordinasi Lintas Sektor oleh SDM Kesehatan Hewan Dalam Penanganan KLB/ Wabah/ Pandemi

Oleh : drh. Ristaqul Husna Belgania, M.Si

Widyaiswara Ahli Pertama

Balai Besar Pelatihan Kesehatan Hewan Cinagara - Bogor

 

Pada Bulan Juni 2025, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menyatakan status PHEIC (Public Health Emergency of International Concern) untuk wabah Mpox (Monkey pox) global yang terjadi di 49 negara. Data WHO terakhir dilaporkan 6283 kasus Mpox dengan 16 kematian atau case fatality ratio (CFR = 0.2%). Indonesia secara geografis memiliki letak strategis  juga memiliki resiko terpapar penyakit Mpox yang diprediksi oleh beberapa peneliti berpotensi sebagai pandemi. Di sisi lain, Indonesia yang memiliki megabiodiversitas juga rentan akan Penyakit lnfeksi Baru (Emerging Infectious Disease (EID)) dan Berulang (Re-Emerging Disease).  Penyakit infeksi baru dan berulang (Emerging and Re-Emerging Disease) semakin menjadi ancaman penting bagi keamanan Kesehatan global, karena dapat menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) bahkan berpotensi menjadi wabah dan pandemi yang tidak hanya menyebabkan kematian tapi juga menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup besar.

Menurut Permenkes nomor 82 tahun 2014 Kejadian Luar Biasa (KLB) atau endemi adalah meningkatnya kejadian penyakit dan atau kematian yang bermakna secara epidemiologi pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu, dan merupakan keadaan yang dapat menjurus kepada terjadinya wabah. Contoh Kejadian Luar Biasa (KLB)  misalnya  kasus Anthrax di Yogyakarta dan kasus Rabies di NTT tahun 2023.

Secara definisi Wabah Penyakit Menular (Wabah) atau epidemi adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu. Contoh wabah adalah wabah Avian Influenza/flu burung (H5N1) di Indonesia pada 2012, wabah penyakit  mulut dan kuku di tahun 2022.

Pandemi didefinisikan sebagai wabah yang berjangkit serempak di mana-mana, meliputi daerah geografis yang luas (lingkup seluruh negara atau benua) misalnya pandemi COVID-19. Indonesia adalah salah satu negara yang paling terdampak akibat COVID-19 secara kesehatan dan sosio ekonomi. Pandemi COVID-19 yang terjadi di 2020-2023 membuat kita belajar dan menyadari pentingnya kolaborasi dan koordinasi dari berbagai sektoral dalam menangani kejadian luar biasa (KLB) / wabah / pandemi dengan konsep One Health.  

Pendekatan One Health sebagai upaya kolaborasi berbagai sektoral secara bersama-sama dengan melibatkan disiplin ilmu dan institusi terkait, baik dalam tingkat lokal, nasional, dan global untuk menyeimbangkan dan mengoptimalkan kesehatan manusia, kesehatan hewan dan ekosistem secara berkelanjutan. Sejauh ini sekitar 60% dari penyakit infeksi pada manusia telah dikenali, dan sekitar 75% penyakit infeksius emerging dan re-emerging yang menyerang manusia dalam tiga dekade terakhir adalah zoonosis. Penyakit zoonosis adalah penyakit yang berasal dari hewan dan menginfeksi / menular ke manusia atau sebaliknya. Zoonosis dapat mengancam kehidupan, keselamatan serta kesejahteraan manusia. Melalui pendekatan One Health, diperlukan adanya sumber daya manusia (SDM) dari lintas sektoral. Pendekatan ini mengakui saling ketergantungan antara kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan dan mendorong kolaborasi lintas disiplin ilmu terutama SDM  Kesehatan Masyarakat, Kesehatan Hewan, dan Kesehatan Lingkungan dalam pencegahan, deteksi, dan respons cepat guna meningkatkan ketahanan kesehatan nasional dan global.

SDM)kesehatan hewan adalah orang yang menjalankan aktivitas di bidang kesehatan hewan berdasarkan kompetensi dan kewenangan medik veteriner yang hierarkis sesuai dengan pendidikan formal dan/atau pelatihan kesehatan hewan bersertifikat. Berdarkan Permentan nomor 03 tahun 2019 SDM Kesehatan Hewan meliputi dokter hewan (medik veteriner) dan paramedik veteriner. Seiring perkembangan zaman, kewajiban profesional veteriner berkembang sebagai respons terhadap harapan masyarakat, mempertimbangkan sudut pandang global dan memprioritaskan kesejahteraan hewan dan kesehatan masyarakat.

Peran dan urgensi SDM Kesehatan Hewan dalam  dalam kerangka One Health untuk mengatasi pandemi diantaranya memonitoring prediksi wabah penyakit zoonosis dan melakukan early warning system, mengontrol inang dan vektor penyebab penyakit zoonosis, monitoring satwa liar melalui penelitian guna mengevaluasi perubahan inang dan patogen potensial, dan melakukan investigasi in vitro evolusi karakteristik agen infeksi dari waktu ke waktu.

Kolaborasi antara dokter hewan dan dokter manusia sangat bermanfaat untuk pengendalian penyakit zoonosis. Beberapa interpretasi prinsip One Health, khususnya dalam program pengendalian penyakit zoonosis, berpendapat bahwa dokter hewan harus memprioritaskan identifikasi dan pemberantasan ancaman penyakit zoonosis untuk melindungi kesehatan manusia. Sudut pandang ini dapat ditemukan dalam program One Health yang terkenal untuk memberantas infeksi zoonosis pada ternak dan hewan kesayangan, seperti Avian Influenza, Q-fever, rabies. Fokus utamanya adalah pada kesehatan masyarakat, dan strateginya terutama bersifat reaktif dan kuratif.

 SDM Kesehatan Hewan harus memberikan edukasi ke masyarakat mengenai risiko dan perawatan kesehatan hewan dalam hubungan human-animal interface, melakukan riset pengembangan vaksin dengan menggunakan hewan coba berbasis kedokteran komparatif, kontrol sanitasi hewan peliharaan dan hewan ternak, serta inspeksi dan pengawasan produk makanan hasil ternak.

Koordinasi lintas sektor sangat dibutuhkan oleh SDM Kesehatan Hewan dalam menangani KLB/ Wabah / Pandemi. Belajar dari pandemi COVID-19, SDM Kesehatan hewan bertanggung jawab terhadap uji pre klinis baik untuk obat maupun vaksin sebelum diberikan kepada manusia. Dengan dukungan dari USAID dan FAO ECTAD, Indonesia memanfaatkan keahlian Balai/Balai Besar Veteriner (B/BVET) Kementan serta lab Kedokteran Hewan untuk menguji COVID-19 pada sampel manusia. Dengan adanya keterlibatan SDM Kesehatan Hewan mempercepat dan memungkinkan dilakukannya lebih banyak tes COVID-19 sehingga dapat menyelamatkan jiwa. Kerja sama ini menggambarkan kekuatan pendekatan One Health untuk mencegah, mendeteksi, dan merespons penyakit.

Pada saat menanggulangi Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang berlaku secara nasional, melalui pemberlakuan lockdown zona wabah pada tingkat kecamatan/Kabupaten di setiap wilayah, sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat, vaksinasi massal dan surveilans tentu tidak bisa terlepas dari koordinasi lintas sektor. SDM Kesehatan Hewan menggandeng banyak pihak mulai dari Satgas PMK, POLRI, TNI,  SDM Kesehatan Masyarakat, BNPB, pemerintah daerah, PMI, akademisi, para pelaku usaha, asosiasi, serta masyarakat untuk mengatasi kasus dapat meminimalisir kerugian yang mungkin timbul dari munculnya wabah.

Balai Besar Pelatihan Kesehatan Hewan (BBPKH) Cinagara merupakan lembaga pelatihan di bawah Kementerian Pertanian yang memiliki fungsi meningkatan kapasitas SDM dalam bidang kesehatan hewan (keswan) dan kesehatan masyarakat veteriner (kesmavet) sejak tahun 1982.  BBPKH Cinagara dalam kurun  waktu 42 tahun berperan signifikan  mengembangakan berbagai pola, jenis, dan jenjang pelatihan dalam ruang lingkup keswan dan kesmavet dengan sasaran petugas sektor keswan. Seiring dengan waktu, secara perlahan kini telah mengembangkan diri dalam jejaring pelatihan kerjasama lintas sektor dengan melibatkan SDM kesehatan masyarakat dan SDM kesehatan lingkungan dengan  pendekatan One health.

Indonesia One Health University Network (INDOHUN)  merupakan salah satu mitra yang telah  memberikan kesempatan perdana kepada BBPKH Cinagara untuk melakukan koordinasi, kerjasama dan kolaborasi  melalui kegiatan penyelenggaraan Pelatihan One Health SMART di BBPKH Cinagara pada akhir bulan Desember 2017. Kerjasama dengan INDOHUN ini merupakan titik  awal BBPKH Cinagara terlibat secara aktif dalam berbagai kegiatan one health nasional. 

Bersama INDOHUN, BBPKH Cinagara menyelenggaraan Bimbingan Teknis Fasilitator Pelatihan Investigasi KLB/Wabah Terpadu dengan Pendekatan One Health Bagi Petugas Epidemiologi Lapangan di BBPKH Cinagara pada tahun 2019. Selain kegiatan penyelenggaraan peningkatan kapasitas SDM One Health, INDOHUN juga telah memfasilitasi pengajar BBPKH Cinagara menjadi narasumber maupun fasilitator pelatihan one health di  Lembaga Pelatihan Kementerian Kesehatan, seperti BBPK Ciloto, Bapelkes Cikarang maupun Bapelkes Batam.  Keterlibatan bersama lainnya Bersama INDOHUN adalah penyusunan modul pelatihan one health, yaitu modul untuk  Pelatihan Penanggulangan Zoonosis Dengan Pendekatan One Health Untuk Pengelola Program Zoonosis di Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pelatihan Investigasi KLB/Wabah Terpadu dengan Pendekatan One Health Bagi Petugas Epidemiologi Lapangan.  Dengan berkoloborasi bersama INDOHUN,  BBPKH Cinagara sebagai lembaga pelatihan keswan menjadi lebih dikenal dan semakin terlibat dalam jejaring peningkatan kapasitas SDM dalam mendukung dua program besar nasional yaitu Ketahanan Pangan dan Ketahanan Kesehatan Nasional.

            Selanjutnya isu resistensi antimikroba (AMR) telah menjadi ancaman global, baik untuk kesehatan masyarakat,  kesehatan hewan dan lingkungan. Salah satu ancaman terbesar adalah potensi munculnya bakteri yang kebal terhadap antibiotika (superbugs), akibat penggunaan antibiotika yang kurang bijak. Keamanan kesehatan global merupakan tanggung-jawab bersama, keberhasilannya bergantung pada kolaborasi diantara sektor kesehatan, keamanan, lingkungan dan pertanian, menggunakan pendekatan One Health.  Mengingat besarnya tantanga kedepan, BBPKH Cinagara berharap akan terus berkolaborasi secara berkelanjutan bersama INDOHUN dalam penguatan kapasitas SDM melalui peningkatan, pemahaman dan kepedulian terhadap isu AMR melalui kegiatan one health workforce (RHB).

Lampiran File Download
1 Urgensi Koordinasi Lintas Sektor oleh SDM Kesehatan Hewan Dalam Penanganan KLB/ Wabah/ Pandemi (Download)